14 November 2007

Misi Gelap Walt Disney

Misi Gelap Walt Disney
Tahukah Anda bahwa di balik kekonyolan dan tingkah lucu karakter kartun Walt Disney tersimpan agenda jahat yang akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan? Hal ini ditekankan oleh Wes Penre, tokoh penting di belakang kebangkitan musik rock dan heavy-metal AS di era 1980-an.Wes Penre merupakan mantan anggota kelompok pemuja setan, yang kemudian bertobat dan menjadi peneliti dunia hiburan AS. Orang di belakang kesuksesan banyak kelompok music cadas Amerika ini dalam situs Illuminaty News (4 Juli 2004) menulis sebuah artikel singkat berjudul “The Walt Disney Agenda”. Penre membuka artikel itu dengan kalimat, “Saya menonton film kemarin, judulnya “The Haunted Mansion”, dibintangi oleh Eddie Murphy. Film ini diproduksi oleh Disney. Ini bukan sekadar film setan dengan akting yang payah, ada sesuatu di baliknya. Pertanyaan pertama tentang film ini, setelah saya menontonnya, adalah:
Untuk siapa sebenarnya film ini? Orang-orang dewasa, atau anak-anak? Jika untuk orang dewasa, film ini sangatlah naïf, terlalu enteng, dan tidak lucu। Namun jika untuk anak-anak, ini adalah film yang amat sangat menakutkan. Lalu, untuk siapa sebenarnya Disney membuat film ini?”Penre mengatakan, untuk menjawab semua pertanyaan itu maka kita perlu mengetahui siapa sesungguhnya Walt Disney, apa misi utama perusahaan Disney, untuk apa didirikan, dan akan digunakan sebagai apa?



“Walt Disneymerupakan anggota Freemasonry derajat 33°, suatu derajat tertinggi yang hanya bisa dicapai oleh tokoh-tokoh Yahudi, dan juga anggota Illuminaty. Di balik seluruh karakter kartun yang diciptakannya yang tersebar di aneka film, buku cerita, dongeng, dan sebagainya, ada agenda tersembunyi illuminaty untuk mempengaruhi dan men-setting pemikiran anak-anak, ” tulis Penre.Seluruh produksi Disney mengandung simbol-simbol Masonik, okultisme, dan juga indoktrinasi maupun pengendalian alam pikiran. “Lewat Disney, mereka telah meracuni pemikiran manusia sedari anak-anak agar bisa menerima ‘The New World Order’ suatu saat kelak. Mereka juga memperkenalkan sejak dini kepada anak-anak seluruh dunia apa yang disebut sebagai black-magic, The Sorcery, sebagai jalan keluar yang bagus, ” tandas Penre yang juga banyak menulis masalah-masalah Illuminaty di dunia hiburan Amerika. Tanpa Anda sadari, anak-anak Anda telah “menghilang” ke dalam Disneyland dan diculik oleh perusahaan Disney dan dikorbankan serta diperbudak menjadi agen-agen The New World Order di masa depannya. Hebatnya lagi, Disney mampu melakukan ini semua di kamar-kamar tidur dan kamar-kamar keluarga seluruh keluarga di dunia ini. “Sekarang kita kembali kepada film ‘The Haunted Mansion’. Kami paham, betapa tidak mungkinnya para orangtua melarang anak-anak menonton film ini, yang seolah-olah diperuntukkan bagi anak-anak, namun banyak memuat unsur-unsur kekerasan, seksualitas, dan sejenisnya, ” tambahnya. Penre juga bercerita bahwa seorang sahabatnya pernah menemui hal ganjil di Disneyland-California. “Di suatu tempat di tengah areal Disneyland, orang ini masuk dan bersembunyi ke dalam semak-semak untuk sekadar merokok. Tanpa diduga, dari semak-semak itu terlihat sebuah lorong ke dalam tanah. Dia masuk ke dalam dengan hati-hati. Dari dalam tanah dia mendengar suara tangisan anak-anak…, ” ujar Penre. (Rizki/eramuslim)

Tahukah anda?INTERNATIONAL BOYCOTT OF THE WALT DISNEY COMPANYAND ALL OF ITS AMUSEMENT PARKS, PRODUCTS, SERVICES, AND MEDIA OUTLETSoleh The Mexica Movemnet (Mexican and “Central American”)





Cek disini : http://www.mexica-movement.org/boycottdisney.htm







Open Your Mind - Illuminati Symbolism - It's All Around You!

05 November 2007

PENDIDIKAN AGAMA KITA




Ditulis oleh Adian Husaini
Pekan lalu saya diminta mengisi acara diskusi untuk guru-guru agama tingkat SMA di wilayah Jakarta. Mengingat pentingnya acara ini, saya menyempatkan diri untuk membeli sejumlah buku Pendidikan Agama Islam yang diajarkan kepada anak-anak tingkat SMA. Setelah membacanya, ada sejumlah isi buku kiranya perlu mendapatkan perhatian serius dari umat Islam. Secara umum, tampak bahwa pemikiran-pemikiran liberal yang sudah berkembang di berbagai Perguruan Tinggi Islam, belum memasuki buku-buku Pelajaran Agama tingkat SMA. Namun, yang perlu diperhatikan adalah soal kualitas dan beberapa kekeliruan isi buku.
Kita akan membahas sejumlah contoh berikut ini.
Dalam masalah toleransi dan aqidah, sebuah buku Pendidikan Agama Islam untuk kelas 3 SMA keluaran sebuah penerbit di Solo mengajarkan hal yang tegas dalam soal aqidah: ”Dalam hal akidah, seorang Muslim dilarang bekerja sama dengan nonMuslim.” Juga disebutkan, bahwa ikut merayakan hari besar nonMuslim berarti telah mencampuradukkan ajaran agama.”(hal. 5). Lebih jauh dikatakan, bahwa seorang Muslim wajib mengajak orang lain untuk masuk dan mengikuti ajaran Islam. Akan tetapi, hal itu tidak dapat dipaksakan. Kewajiban seorang Muslim hanya mengajak. (hal. 9).
Meskipun cukup tegas dalam menyajikan materi aqidah, buku ini mempunyai kelemahan dalam menyajikan materi tentang pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada bagian pengembangan IPTEK, hanya disebutkan sejumlah ayat yang mendorong kaum Muslim untuk berpikir dan nama-nama sejumlah ilmuwan Muslim di masa lalu, seperti Ibn Sina, al-Ghazali, Ibn Rusyd, al-Khawarizmi, Ibn Batutah, dan sebagainya. Secara verbal, dorongan untuk menunut ilmu diberikan, tetapi cara penyajian materi IPTEK dalam buku ini tampak sangat lemah.


Harusnya, sebuah buku pelajaran juga menyajikan, bagaimana contoh kegigihan, ketinggian, dan kehebatan, ilmuwan Muslim dalam mengejar ilmu pengatahuan. Dengan demikian, para siswa bukan hanya dipaksa untuk menghafal nama-nama ilmuwan, tetapi juga memahami dan menghayati, bahkan tertarik untuk meneladani kehidupan ilmuwan Muslim.
Anehnya, buku ini justru memuat cerita tentang seorang anak yang sakit setelah mengikuti orang tuanya pindah ke rumah barunya. Konon, rumah tersebut angker, sehingga dia disarankan oleh tetangganya untuk pindah rumah saja. Setelah pindah, satu hari saja, anaknya langsung sembuh. Ditulis oleh buku ini, bahwa apa yang terjadi itu kelihatannya ajaib, tidak masuk akal, dan membenarkan anggapan bahwa rumah tersebut memang angker. Akan tetapi, sebenarnya peristiwa itu adalah hal yang logis dan masuk akal. Para ahli mengatakan bahwa pada tempat-tempat tertentu terdapat gaya medan magnet bumi. Gaya itu memengaruhi fisik dan kejiwaan orang-orang tertentu pula. Bahkan, gaya itu juga dapat memengaruhi kendaraan yang berlalu lalang di atasnya. Oleh karena itu, di tempat-tempat tertentu sering terjadi kecelakaan yang melibatkan kendaraan atau orang-orang tertentu pula. Hal ini sering kali menjadi sebab munculnya takhayul. (hal. 111).
Penulisan masalah IPTEK untuk pelajaran agama tingkat SMA harusnya dilakukan dengan memberikan data-data ilmiah yang memadai, baik data tentang sains klasik maupun modern. Jika penulis buku Pendidikan Agama tidak memahami masalah-masalah IPTEK, seharusnya berkonsultasi dengan pakar di bidangnya, agar tidak keliru ketika menulis tentang IPTEK. Pemuatan cerita tentang anak sakit ketika pindah rumah itu tidak disertai dengan data-data ilmiah, dimana terjadinya, dan apakah rumah itu memang sudah diteliti secara ilmiah, dan terbukti di situ terdapat ”gaya medan magnit bumi”. Cerita semacam ini harusnya diberikan referensi dari pakar fisika atau buku tertentu yang membuktikan ada kebenaran cerita semacam itu.
Ada lagi yang perlu ditinjau dari buku Pelajaran Agama semacam ini, yaitu begitu beratnya materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa-siswa SMA, seperti pembahasan satu bab khusus tentang hukum waris. Tentu ini materi yang baik. Tetapi, apa perlunya anak-anak SMA harus menguasai secara mendetail hukum-hukum waris. Mestinya, cukup diberikan filosofi dasar hukum waris dan keadilan hukum waris dalam Islam, agar nantinya anak-anak tertarik untuk mendalami hukum waris lebih jauh.
Bagian lain yang perlu mendapat catatan adalah penyajian materi tentang sejarah Islam. Biasanya cerita yang diberikan kepada siswa adalah bahwasanya Islam memasuki Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang Arab. Cerita ini memberikan kesan bahwa yang datang ke wilayah Nusantara bukanlah para dai yang sungguh-sungguh ingin menyebarkan Islam, tetapi dakwah adalah pekerjaaan sambilan para pedagang Arab itu. Padahal, para wali yang menyebarkan Islam ke tanah Jawa, misalnya, adalah para ulama yang memiliki ilmu yang tinggi.
Ada lagi sebuah buku Pendidikan Agama Islam untuk kelas 2 SMA keluaran sebuah penerbit di Bandung, yang dengan gegabah menyajikan materi sejarah Islam Indonesia. Sebagaimana buku ’Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya’ karya Prof. Harun Nasution, yang dijadikan sebagai buku pegangan Studi Islam di Perguruan Tinggi Islam, buku untuk anak SMA ini juga menyajikan perkembangan sejarah Islam pada Abad Pertengahan. Istilah ’Islam Abad Pertengahan’ ini jelas mencontoh periodisasi sejarah peradaban Barat yang kelam. Barat menyebut periode pertengahan ini sebagai ’The Dark Ages’, zaman kegelapan.
Mengacu pada sifat peradaban Barat tersebut, buku pelajaran untuk anak SMA ini juga menceritakan wajah kelam Islam pada Zaman Pertengahan Islam (1250-1800 – tahun ini sama persis dengan yang tertulis dalam buku Harun Nasution). Buku ini memberikan gambaran kelam tentang perkembangan ilmu pengetahuan Islam: ”Perkembangan ajaran Islam pada abad ini tidak sepesat beberapa abad sebelumnya. Ajaran Islam hanya dipandang sebagai pelengkap kehidupan rohani semata. Sehingga ilmu pengetahuan Islam hampir tidak mengalami perkembangan yang berarti.” Juga ditulis: ”Dapat dikatakan, ajaran Islam yang berkembang pada abad pertengahan adalah ajaran tasawuf dan tarekat, yang cenderung mengungkung orang untuk berkreatifitas dan berkarya secara bebas.”
Pada bagian berikutnya dari buku ini dibahas tentang ”Pengaruh Perkembangan Dunia Islam Abad Pertengahan terhadap Islam dan Umat Islam di Indonesia.” Pada bagian ini, penulisnya memberi catatan hitam atas perkembangan Islam di Indonesia. Ia memaparkan:
”Dapat dikatakan, bahwa ilmu-ilmu Islam yang berkembang pada masa itu, hanyalah ilmu tasawuf dan tarekat, disamping ilmu fiqih dan tauhid sebagai sekedar pelengkap ibadah semata. Para tokoh dan ulama yang muncul pada masa itu juga hanya ulama-ulama tasawuf dan tokoh-tokoh tarekat. Hampir tidak ditemukan nama-nama ulama fiqih, hadits, tafsir, dan yang lainnya. Di Aceh dan Sumatera misalnya, muncul beberapa ulama nusantara kenamaan, seperti Syaikh Hamzah Fansuri, Syaikh Abdurrauf Singkel, Syaikh Nuruddin ar-Raniri, Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani, Abdusshamad Al-Falimbani yang nota bene semua adalah ulama tasawuf dan tokoh tarekat tertentu. Di Jawa juga muncul beberapa ulama seperti Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Siti Jenar dengan kelompok wali songonya, yang juga dapat dikatakan sebagai tokoh tasawuf dan penganut tarekat tertentu. Begitu juga di Sulawesi dan Kalimantan, terdapat nama-nama besar ulama tasawuf dan tokoh-tokoh tarekat. Misalnya, Syaikh Yusuf al-Makassari, Syaikh Arsyad al-Banjari, dan Syaikh Ahmad Khatib Syambas. Mereka telah belajar cukup lama di kawasan dunia Islam, dan pulang ke tanah air sebagai tokoh tasawuf dan tarekat.” (hal. 87-90).
Cara menyajikan sejarah para ulama Indonesia seperti itu sangatlah tidak bijak, sebab terlalu mudah mengecilkan karya-karya mereka. Hingga kini, ratusan karya tulis para ulama itu masih bisa dikaji dan terus menjadi bahan penelitian di berbagai universitas di dunia. Menyamakan kedudukan Siti Jenar dengan walisongo yang lain juga kekeliruan dan kecerobohan. Penulis buku Pendidikan Agama Islam ini pun tampak begitu sengit dengan paham tasawuf, tanpa melalukan penelitian yang mendalam tentang apa itu tasawuf. Sultan Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel tahun 1453 adalah pengikut tasawuf.
Jika ulama-ulama di Nusantara itu dikecilkan semua kualitas keilmuannya, maka siapa lagi yang dipandang berjasa menyebarkan Islam di Indonesia. Bentuk pengajaran sejarah Islam seperti ini, sangatlah tidak mendidik para siswa SMA untuk mencintai khazanah Islam Indonesia. Harusnya, diberikan contoh karya ulama-ulama Nusantara dalam berbagai bidang keilmuan, agar para siswa nantinya berminat menekuni bidang sejarah Islam dan bangga sebagai Muslim Indonesia yang memiliki sejarah yang gemilang. Dari paparan tentang sejarah Islam Indonesia tersebut, tampak jelas, bahwa si penulis buku Pendidikan Agama Islam ini tidak mempunyai visi dan misi yang jelas tentang sejarah Islam Indonesia, sehingga begitu mudah mengecilkan kualitas karya-karya para ulama yang telah berjasa besar dalam menyebarkan Islam di bumi nusantara ini.
Inilah contoh-contoh materi Pendidikan Agama Islam untuk tingkat SMA. Kita bisa melanjutkan penelitian ke berbagai buku Pendidikan Agama Islam pada tingkat pendidikan lainnya. Contoh ini, mudah-mudahan sedikit menggugah kita untuk melihat kenyataan, bahwa selama ini umat Islam Indonesia sebenarnya belum melakukan upaya yang serius dalam pembenahan pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah. Padahal, usaha untuk memasukkan Pendidikan Agama sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, selama ini membutuhkan usaha keras. Berbagai organisasi dan tokoh Islam sampai harus terjun ke jalan-jalan untuk melakukan aksi demonstrasi mendukung RUU Sisdiknas yang menjadikan Pendidikan Agama sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.
Hingga kini, usaha untuk menggusur Pendidikan Agama di sekolah terus dilakukan dengan gencar. Interfidei Yogya, misalnya, baru menerbitkan sebuah buku berjudul ”Problematika Pendidikan Agama di Sekolah” (2007). Buku ini merupakan hasil penelitian tentang Pendidikan Agama di Yogyakarta tahun 2004-2006.
Buku ini antara lain merekomendasikan:
”Pemisahan siswa berdasarkan perbedaan agama pada pelajaran agama sangat layak untuk dikaji ulang. Dalam hal ini perlu diteliti dengan cermat tentang dampak sosial pada masa depan, karena terdapat temuan dalam penelitian ini yang menunjukkan makin tinggi level pendidikan siswa tampak besar kecenderungan untuk tidak santai dengan perbedaan agama.” Juga dikatakan seorang Profesor yang memberi kata pengantar buku ini, bahwa Pendidikan Keagamaan kita belum memberikan kondisi mempersatukan bangsa dalam corak multikulturalisme bangsa untuk menyikapi ragam Agama di Indonesia, melainkan justru memperuncing perbedaan antar Agama.
Suara-suara yang menolak pendidikan Agama di sekolah-sekolah seperti itu, memang sulit kita terima. Tetapi, kita perlu mengakui, bahwa selama ini, mutu dan kualitas pendidikan Agama di sekolah-sekolah itu masih amat sangat perlu ditingkatkan. Dalam acara diskusi itu, saya mengajak para guru agama di wilayah DKI yang hadir dalam acara tersebut, untuk bersama-sama berusaha keras menjadikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang paling bermutu, paling menarik, dan paling diminati oleh para siswa sekolah. Ini perlu kerja keras dan perlu guru-guru agama yang berkualitas tinggi. Wallahu a’lam. [Depok, 28 September 2007/http://www.hidayatullah.com/]

Catatan akhir pekan adalah hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan http://www.hidayatullah.com/

Toilet Bertuliskan Ayat Kursi Diproduk di Itali

Penghinaan terhadap keyakinan agama kembali terjadi। Islam, lagi-lagi menjadi korbannya। Kali ini, penghinaan itu dilakukan sebuah perusahaan Itali yang khusus memproduksi berbagai kebutuhan pembuatan toilet. Salah satu produknya adalah toilet duduk dengan penutup luarnya untuk menghindari kemungkinan munculnya bau. Penghinaan terhadap Islam dilakukan, karea perusahaan tersebut menuliskan ayat kursi lengkap di penutup toilet tersebut.Peristiwa ini segera memancing reaksi marah dari minoritas Muslim di Itali. Mereka segera menghubungi piha politisi daerah dan keamanan untuk melarang beredarnya toilet yang sangat menghina Al-Quran dan kaum Muslimin itu. Produk itu dituntut agar segera ditarik dari pasar sebelum muncul reaksi yang lebih keras dari kaum Muslimin Italia dan dunia, pada umumnya. Samer Khalidi, Ketua Pusat Islam Al-Huda di Roma Itali mengatakan, “Aparat keamanan Itali hari Jum’at (26/10) telah memeriksa 3 cabang distributor toilet Itali di kota Latina yang berjarak 60 km sisi selatan Roma. Dalam pemeriksaan itu telah disita 2000 toilet duduk yang pada penutupnya tertulis ayat kursi lengkap untuk menutup bau. Menurut Khalidi, “Jelas sekali bahwa pemilihan ayat kursi itu dan menempelkannya di tempat kotor adalah penghinaan luar biasa karena ayat kursi adalah firman Allah swt yang sangat suci dalam pandangan kaum Muslimin. Di sisi lain, penulisan ayat kursi itu juga dianggap tidak akan dimengerti oleh penggunanya, dan hanya akan dianggap sebagai hiasan belaka. ”Sejumlah orang yang berada di gudang mengaku, tidak tahu dengan adanya penutup toilet dengan tulisan Al-Quran tersebut. Mereka mengira barang-barang itu merupakan barang import dari China. Tapi pemipin perusahaan tidak berhasil ditemui saat itu. Menteri Dalam Negeri Italia, Giuliano Amato, menyampaikan permintaan maaf kepada kaum Muslimin kota Latina dalam pertemuannya dengan perwakilan kaum Muslim di Pusat Muslim Itali, Roma. swaramuslim.net

Tahukah anda??? dinegara Jerman juga sudah memproduksi "product" sejenis?silahkan cek di :- http://www.nicedoggie.net/mt/img/koranpaper.jpg- http://i61.photobucket.com/albums/h71/DogByte6RER/koran_toilet_paper.jpg

26 July 2007

24 June 2007

29 May 2007

ZUHUD


Ada empat tipe manusia berkaitan dengan harta dan gaya hidupnya :
Pertama, orang berharta dan memperlihatkan hartanya. Orang seperti ini biasanya mewah gaya hidupnya, untung perilakunya ini masih sesuai dengan penghasilannya, sehingga secara finansial sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Hanya saja, ia akan menjadi hina kalau bersikap sombong dan merendahkan orang lain yang dianggap tak selevel dengan dia. Apalagi kalau bersikap kikir dan tidak mau membayar zakat atau mengeluarkan sedekah. Sebaliknya, ia akan terangkat kemuliaannya dengan kekayaannya itu jikalau ia rendah hati dan dermawan.
Kedua, orang yang tidak berharta banyak, tapi ingin kelihatan berharta. Gaya hidup mewahnya sebenarnya diluar kemampuannya, hal ini karena ia ingin selalu tampil lebih daripada kenyataan. Tidaklah aneh bila keadaan finansialnya lebih besar pasak daripada tiang. Nampaknya, orang seperti ini benar-benar tahu seni menyiksa diri. Hidupnya amat menderita, dan sudah barang tentu ia menjadi hina dan bahkan menjadi bahan tertawaan orang lain yang mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Ketiga, orang tak berharta tapi berhasil hidup bersahaja. Orang seperti ini tidak terlalu pening dalam menjalani hidup karena tak tersiksa oleh keinginan, tak ruwet oleh pujian dan penilaian orang lain, kebutuhan hidupnya pun sederhana saja. Dia akan hina kalau menjadi beban dengan menjadi peminta-minta yang tidak tahu diri. Namun tetap juga berpeluang menjadi mulia jikalau sangat menjaga kehormatan dirinya dengan tidak menunjukan berharap dikasihani, tak menunjukan kemiskinannya, tegar, dan memiliki harga diri.
Keempat, orang yang berharta tapi hidup bersahaja. Inilah orang yang mulia dan memiliki keutamaan. Dia mampu membeli apapun yang dia inginkan namun berhasil menahan dirinya untuk hidup seperlunya. Dampaknya, hidupnya tidak berbiaya tinggi, tidak menjadi bahan iri dengki orang lain, dan tertutup peluang menjadi sombong, serta takabur plus riya. Dan yang lebih menawan akan menjadi contoh kebaikan yang tidak habis-habisnya untuk menjadi bahan pembicaraan. Memang aneh tapi nyata jika orang yang berkecukupan harta tapi mampu hidup bersahaja (tentu tanpa kikir). Sungguh ia akan punya pesona kemuliaan tersendiri. Pribadinya yang lebih kaya dan lebih berharga dibanding seluruh harta yang dimilikinya, subhanallaah.
***
Perlu kita pahami bahwa zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, semacam harta benda dan kekayaan lainnya, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan makhluk. Bagi orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun harta yang dimiliki, sama sekali tidak akan membuat hatinya merasa tenteram, karena ketenteraman yang hakiki adalah ketika kita yakin dengan janji dan jaminan Allah.
Andaikata kita merasa lebih tenteram dengan sejumlah tabungan di bank, saham di sejumlah perusahaan ternama, real estate investasi di sejumlah kompleks perumahan mewah, atau sejumlah perusahaan multi nasional yang dimiliki, maka ini berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seberapa banyak saham pun yang dimiliki, sebanyak apapun asset yang dikuasai, seharusnya kita tidak lebih merasa tenteram dengan jaminan mereka atau siapapun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali ijin Allah. Dia-lah Maha Pemilik apapun yang ada di dunia ini.
Begitulah. Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak mejadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita, dan bahkan, lebih tahu dari kita sendiri.
Ada dan tiadanya dunia di sisi kita hendaknya jangan sampai menggoyahkan batin. Karenanya, mulailah melihat dunia ini dengan sangat biasa-biasa saja. Adanya tidak membuat bangga, tiadanya tidak membuat sengsara. Seperti halnya seorang tukang parkir. Ya tukang parkir. Ada hal yang menarik untuk diperhatikan sebagai perumpamaan dari tukang parkir. Mengapa mereka tidak menjadi sombong padahal begitu banyak dan beraneka ragam jenis mobil yang ada di pelataran parkirnya? Bahkan, walaupun berganti-ganti setiap saat dengan yang lebih bagus ataupun dengan yang lebih sederhana sekalipun, tidak mempengaruhi kepribadiannya!? Dia senantiasa bersikap biasa-biasa saja.
Luar biasa tukang parkir ini. Jarang ada tukang parkir yang petantang petenteng memamerkan mobil-mobil yang ada di lahan parkirnya. Lain waktu, ketika mobil-mobil itu satu persatu meninggalkan lahan parkirnya, bahkan sampai kosong ludes sama sekali, tidak menjadikan ia stress. Kenapa sampai demikian? Tiada lain, karena tukang parkir ini tidak merasa memiliki, melainkan merasa dititipi. Ini rumusnya.
Seharusnya begitulah sikap kita akan dunia ini. Punya harta melimpah, deposito jutaan rupiah, mobil keluaran terbaru paling mewah, tidak menjadi sombong sikap kita karenanya. Begitu juga sebaliknya, ketika harta diambil, jabatan dicopot, mobil dicuri, tidak menjadi stress dan putus asa. Semuanya biasa-biasa saja. Bukankah semuanya hanya titipan saja? Suka-suka yang menitipkan, mau diambil sampai habis tandas sekalipun, silahkan saja, persoalannya kita hanya dititipi.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah. Dan hendaknya engkau bergembira memperoleh pahala musibah yang sedang menimpamu walaupun musibah itu akan tetap menimpamu." (HR. Ahmad).***

Note: diambil dari e-book Kumpulan Tausyiah Aa Gym karya Hamba Allah
Download e-booknya?? nih aagym.chm

Seperti Keledai Yang Membawa Kitab-Kitab

Saya memandang deretan buku-buku yang saya miliki. Saya memandangnya sambil mengerinyitkan dahi dan merenung sejenak. Setiap bulan saya membeli satu-dua buku, yang memang telah saya anggarkan sebelumnya. Sehingga pada saat ini sudah terkumpul ratusan buku, mulai dari non-fiksi hingga fiksi. Saya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mempunyai sebuah perpustakaan besar berisikan buku-buku bermutu.

Kadang saya membeli buku tapi buku itu tidak langsung saya baca atau paling tidak, sedikit saya baca. Saya tidak menganggap membeli buku sebagai suatu hal yang merugikan, bahkan ia adalah investasi jangka panjang untuk saya. Suatu waktu buku-buku itu saya baca dan menjadi bahan kepustakaan dari tulisan yang saya buat. Dari tulisan itu kemudian saya kumpulkan dan jadilah sebuah buku. Dari buku itu saya mendapat penghasilan tambahan.

Tapi saya sadar, seolah ada beban berat yang menghimpit punggung saya. Saya mengetahui suatu hal, insya Allah saya mendapat pahala dari pencarian ilmu tersebut. Tapi itu belum cukup, ada konsekuensi yang harus saya jalani setelah saya mendapatkan ilmu, yaitu mengamalkannya. Itulah yang menjadi beban saya. Seringkali saya merasa lemah untuk mengamalkan sebuah ilmu, padahal dari sana saya akan mendapat “ilmu baru” yang oleh para ulama sebut sebagai “hikmah”. Seorang ulama pernah mendefinisikan “hikmah” sebagai hasil dari perpaduan antara ilmu dan amal. Orang tidak mungkin mendapatkan hikmah shalat khusyu, sebelum ia sendiri shalat dengan sempurna. Orang tidak mungkin mendapatkan hikmah puasa sebelum ia sendiri berpuasa. Itulah yang menjadi penyebab mengapa peradaban Islam terus berkembang di masa lalu, yaitu berhasil memadukan antara ilmu (theory) dan amal (practic).

Di dalam Islam, ada tradisi penyatuan antara ilmu dengan amal. Ada konsep “fasiq”, di mana seorang yang – meskipun berilmu tinggi – tetapi berbuat jahat, dapat terkena ketegori fasiq, dan karena itu, periwayatan dan beritanya perlu diklarifikasi. Jika dia fasiq, maka sebagian ulama melarangnya menjadi saksi di dalam pernikahan atau pengadilan.

Di dalam ilmu hadits, ada ilmu Jarah wa Ta’dil, yang secara terbuka membeberkan sifat-sifat buruk perawi hadits, seperti pembohong, dan sebagainya. Karena itu, di dalam tradisi keilmuan Islam, kita akan menjumpai ilmuwan-ilmuwan yang sangat tinggi ilmunya, sekaligus juga sangat shalih dalam beragama. Itu bisa kita jumpai pada Imam-imam mazhab, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam al-Ghazali, Imam Ibnu Taymiyah, dan sebagainya. Mereka bukan hanya ilmuwan, tetapi juga mujahid dan ahli ibadah.

Tradisi seperti itu tidak terjadi dalam sistem keilmuan di Barat yang sekular. Di dalam tradisi ilmu yang berakar pada tradisi keilmuan Yunani, ada pemisahan antara orang pintar dan orang saleh.

Banyak ilmuwan pintar dan dihormati oleh masyarakatnya, meskipun amalnya bejat. Ruosseau, misalnya, dicatatnya sebagai “manusia gila yang menarik” (an interesting madman). Pada tahun 1728, saat berumur 15 tahun, dia bertukar agama menjadi Katolik, agar dapat menjadi peliharaan Madame Francoise-Louise de Warens.

Ernest Hemingway, seorang ilmuwan jenius dan peraih Nobel Sastra tahun 1954, tidak memiliki agama yang jelas dan ia ditemukan mati bunuh diri. Foucoult, ilmuwan yang sangat dikagumi aktivis Islam Liberal, adalah ilmuwan yang suka main perempuan dan mabuk-mabukan.
Islam jelas sangat berbeda dengan agama yang lain, misalnya Yahudi. Islam sangat menghargai orang yang menuntut ilmu sekaligus orang yang mengamalkannya. Di dalam agama Yahudi, mempelajari ilmu itu memang suatu kewajiban bagi mereka, sehingga sangat banyak orang-orang Yahudi luar biasa cerdasnya, sebut saja, misalnya, Albert Einstein. Namun mereka kerap tidak mengamalkan ilmu yang mereka miliki untuk kebaikan. Mereka mengetahui Taurat, tetapi mereka tidak mengamalkannya.

"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim." (QS. Al-Jumu'ah [62]: 5).

Yang dimaksud dengan "tiada memikulnya" pada ayat di atas adalah, tidak mengamalkan isi Taurat. Dalam ayat itu juga Allah mengibaratkan mereka seperti "keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal." "Keledai" identik dengan binatang yang bodoh, lamban, dan ia bertambah lamban ketika membawa kitab-kitab yang tebal. Kitab-kitab itu sendiri berisi ilmu pengetahuan yang bermanfaat, namun karena yang membawanya bersifat buruk, jadinya ilmu itu menjadi tidak bermanfaat baginya. Ilmu itu hanya untuk ilmu itu sendiri. Mereka berkutat pada bentuk-bentuk lahiriah semata. Dan inilah yang mengakibatkan mereka menjadi penganut paham materialisme. Semoga kita terhindar dari yang demikian itu.

Dari : http://www.eramuslim.com/

17 May 2007

Sikap Hati-Hati Dan Anak Sholeh

Saya mempunyai seorang teman yang dalam kehidupan kesehariannya sangat hati-hati terhadap apa yang ia kerjakan. Apa yang ia lakukan selalu berpedoman kepada suatu kalimat yang ia pegang: "Allah ridla apa tidak dengan tindakan saya?"
Terus terang saya mengaguminya. Saya ingin menirunya. Namun betapa berat saya mencoba mengikuti langkah-langkahnya. Bicaranya yang sederhana. Penjagaannyaterhadap mata dan telinganya dari sesuatu yang mendatangkan dosa. Sampai-sampai sesuatu yang sangat sederhanapun, ia selalu mengingat bagaimana cara Nabi melakukannya.
Suatu saat saya bertanya padanya. Kenapa engkau bisa seperti itu? Dia menjawab enteng. " Yaa, ini semua bukanlah karena saya, mungkin karena doa orang tua saya." Saya hanya mengangguk-angguk.
Terlintas di pikiran saya tentang sosok orang-orang alim. Sosok orang-orang yang hidupnya telah menyerahkan bulat-bulat kepada Allah SWT. Para Nabi, Sahabat Rasul, dan kekasih-kekasih Allah yang lain. Banyak dari beliau-beliau ini yang mendapat derajat sangat dekat dengan Allah, bukan hanya karena upayanya sendiri, tapi tempaan, didikan, suatu amalan yang konsisten dan langgeng atau munajat orang tuanya kepada Ar-Rabbul Jalil. Sehingga lahirlah anak-anak shaleh.
Saya jadi penasaran dengan orang tua laki-laki ini. Amalan seperti apa yang ia kerjakan sehari-hari selain yang di wajibkan? Doa seperti apa yang ia panjatkan padaNya sehingga melahirkan sosok yang menurut saya adalah termasuk kriteria shaleh ini?
Suatu saat, ketika saya ada kesempatan pulang dari rantau, saya temui orang tua laki-laki ini. Bahkan saya menginap di rumahnya. Saya banyak ngobrol dengannya. Ingin sekali rasanya menimba ilmu dari orang tua yang telah melahirkan profil seperti teman saya itu.
Ternyata beliau ini orang sederhana saja. Seperti kebanyakan orang -orang kampung lainnya. Tak ada sesuatu keistimewaan yang menonjol dari dirinya.
Namanya pak Salim. Ia lebih dikenal orang-orang daerah itu Salim Tempe. Karena ia seorang penjual tempe. Waktu subuh, Maghrib dan Isya, sudah dipastikan ia ada di mushola kampung itu. Sebab ia lebih sering ditunjuk untuk menjadi imam sholat. Walaupun ia sendiri bukanlah imam tetap mushola tersebut.
Namun, walaupun ia orang biasa-biasa saja, bukan ustadz bukan kyai, bukan alumni pesantren apalagi lulusan perguruan tinggi Islam, akan tetapi ada beberapa hal yang membuat beliau ini jadi luar biasa. Paling tidak menurut saya. Dan anehnya, oleh masyarakat sekitar dianggap sesuatu yang tidak umum dan wajar. Memang di zaman ini, jika ada seseorang yang ingin mencoba menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari dianggapnya sebuah keanehan.
Yang pertama, kalau ada pilkades di desanya, ia selalu menolak diberi uang oleh para calon kades, karena ia takut itu suap. Dan ia tahu bahwa, yang menyuap dan yang disuap sama-sama masuk neraka. Maka ia selalu mengingatkan keluarganya jangan sampai mau menerima uang tersebut walaupun sekecil apapun. Sebab di banyak daerah, praktek mendapatkan 'suara' dengan iming-iming uang masih banyak berlaku
Yang kedua, dia selama hidupnya, tidak pernah menyimpan uang di sebuah tempat yang bernama bank konvensional. Sebab ia juga takut, bunga yang ada di dalam lembaga keuangan itu termasuk dalam riba. Sedang ia tahu bahwa riba itu dosa. Ia punya pendapat lebih baik menyimpan uangnya di bawah bantal atau di bawah tikar tidur. Sehingga ketika anaknya dari luar negri mengirimkan uang, ia cepat-cepat mengambilnya, ia takut jadi berbunga-bunga. Ia menggunakan bank sebagai alattransfer saja.
Saya jadi mempunyai sebuah dugaan, barangkali amalan orang tua itulah yang membuat teman saya sangat kuat memegang rambu-rambu agama. Saya tidak sedang mengkultuskan keturunan, tapi sikap kehati-hatian orang tua terhadap hukum-hukum Allah, ternyata sangat menentukan keturunannya.
Dan sejarah mencatat juga, ada seorang perempuan penjual susu. Setiap kali mencampur susu dengan air ia sangat hati-hati. Bahkan setelah mengingat bahwakelak semua yang dilakukan manusia, akan dihisab, ia mengurungkan untuk mencampur susu itu dengan berlebihan. Ia takut susu itu hilang kemurniannya. Sehingga dapat membohongi si pembeli. Dan dengan sikap kehati-hatian perempuan itulah, Allah mengaruniakan seorang anak shaleh. Yang ahirnya ketika tumbuh besar menjadi sosok yang luar biasa. Sosok itu adalah Umar bin Abdul Aziz. Siapa tak kenal khalifah zuhud ini?
Akhirnya, suatu saat saya bertanya kepada diri sendiri. Mampukan saya menjaga kehati-hatian terhadap sesuatu yang sederhana, tapi ternyata betapa besar nilainya di hadapan Allah SWT? Dan mampukah saya bertindak seperti mereka demi menghasilkan anak yang shaleh, sebagai investasi abadi?
Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan konsekwensi perjuangan yang luar biasa.
Dari : http://www.eramuslim.com/atk/oim/4428a335.htm

download file format Ms. Word
004 Sikap Hati-Hati dan Anak Sholeh.doc

29 April 2007

Membentengi Rumah Dari Syaithon

Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, memohon petunjuk-Nya, memohon ampunan-Nya dan kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari kejelekan diri kita dan keburukan amal-amal kita.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat memberi petunjuk padanya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Taala telah menyatakan dalam firman-Nya:“Sesungguhnya syaithan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh.” (Al-Fathir: 6)
Akan tetapi sangat disayangkan, sebagian besar manusia telah mengambil/menjadikan syaithan sebagai teman, sebagai kekasih. Mereka buka pintu-pintu rumah bahkan pintu-pintu kamar mereka untuknya, dan akhirnya mereka binasa karenanya. Bahkan di antara manusia ada yang membuka hatinya untuk menerima perintah syaithan dan menuruti ajakannya hingga jadilah syaithan sebagai sesembahannya selain Allah Subhanahu wa Taala, padahal Dia Yang Maha Kuasa telah berfirman:“Bukankah Aku telah mengambil perjanjian dari kalian wahai anak Adam agar kalian tidak menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Dengan sebab di ataslah kami tulis risalah ini, yakni agar seorang muslim mengetahui bagaimana cara membentengi rumahnya dari musuh yang sangat jahat dan terkutuk ini. Karena apabila syaithan dapat masuk ke dalam rumah seorang muslim, ia akan menyebarkan kerusakan, membuat pertikaian dan perkelahian di antara anak-anak, menceraikan antara suami-istri, membalikkan rasa cinta menjadi benci, kasih sayang menjadi permusuhan. Maka hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala kita berdoa: Ya Allah … Lindungilah kami dan semua kaum muslimin dari makar syaithan, sesungguhnya Engkau adalah Pelindung kami dan Penolong kami, dan Engkau adalah sebaik-baik Pelindung dan Penolong.
Ada beberapa benteng yang dapat kita tegakkan dalam melindungi rumah kita dari syaithan, di antaranya berikut ini:

I. Memberi Salam Kepada Penghuni Rumah

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Adzkar hal. 19:“Disunnahkan untuk mengucapkan basmalah (tatkala masuk ke dalam rumah) dan memperbanyak dzikrullah serta mengucapkan salam kepada penghuninya, sama saja apakah itu rumah yang dihuni oleh manusia ataupun tidak, karena Allah Subhanahu wa Taala berfirman: “Maka apabila kalian memasuki (sebuah rumah) dari rumah-rumah, hendaklah kalian mengucapkan salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.”(An-Nuur: 61)
Dari Jabir bin Abdillah radliallahu `anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “(Mengucapkan) salam itu sebelum berbicara (yang lain).”(HR. Tirmidzi dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 2 hal. 346). Allah Subhanahu wa Taala memberikan jaminan berupa penjagaan bagi tiga golongan manusia termasuk di antaranya seorang yang masuk ke rumah dengan mengucapkan salam, sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Abi Umamah Al-Bahali radhiallahu `anhu. (lihat Shahih Sunan Abi Daud oleh Asy-Syaikh Al-Albani juz 2 hal. 473)

II. Berdzikir Kepada Allah Ketika Makan dan Minum

Dari Jabir radhiallahu `anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia berdzikir kepada Allah ketika masuk dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada kawan-kawannya): “Tidak ada tempat bermalam bagimu dan tidak ada makan malam.” Tetapi apabila ia masuk ke rumah tanpa berdzikir kepada Allah, maka syaithan akan berkata (kepada kawan-kawannya): “Kalian mendapatkan tempat bermalam”.
Dan apabila ketika makan ia tidak berdzikir kepada Allah (membaca Bismillah), maka syaithan akan berkata (kepada kawan-kawannya): “Kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam.” (HR. Muslim dalam shahihnya /2018)
Tahukah engkau wahai saudaraku muslim, bagaimana dzikrullah dapat mengusir syaithan dari rumah, maka ia tidak akan menyertaimu tatkala engkau makan, minum dan tidur. Dan bagaimana halnya bila engkau lalai dari dzikrullah, yang berarti engkau telah memberikan untuk syaithan tempat tidur yang empuk tatkala ia menemukan tempatnya di sisimu, bahkan ia ikut bersamamu tatkala makan dan minum. Tidaklah syaithan itu sendiri yang menyertaimu, tapi ia diikuti oleh sejumlah kawan-kawannya maka mereka semuanya bersenang-senang di rumahmu. Naudzubillah min dzalik! Hati-hatilah wahai saudaraku agar engkau tidak lalai dari dzikrullah, karena dzikrullah itu adalah tali yang kokoh dan petunjuk yang lurus.

III. Memperbanyak Tilawah Al-Quran dalam Rumah

Bacaan Al-Quran merupakan pengharum bagi rumah dan dapat mengusir syaithan daripadanya. Apabila engkau wahai saudaraku muslim merasakan bahwa di rumahmu begitu banyak masalah, keruwetan dan tampak pada anggota keluarga adanya penyimpangan maka ketahuilah bahwa syaithan ikut berperan di dalamnya, karena itu bersungguh-sungguhlah untuk mengusir syaithan itu dari rumahmu dan menjauhkannya sejauh-jauhnya. Caranya bagaimana? Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memberikan jawabannya, beliau bersabda:“Sesungguhnya segala sesuatu memiliki puncak dan puncak dari Al-Quran adalah surat Al-Baqarah dan sesungguhnya syaithan bila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan maka ia akan keluar dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah.” (HR. Al-Hakim dan dishahihkannya, disepakati oleh Adz-Dzahabi dan dihasankan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 558)
Dari Abi Hurairah radliallahu `anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya syaithan tidak akan masuk ke dalam rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah.”

IV. Menjauhkan Rumah dari Suara Iblis

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:”Dan hasunglah siapa yang kamu (iblis) sanggupi di antara mereka dengan suaramu.” (Al-Isra: 64)
Mujahid berkata: “Suara syaithan adalah nyanyian/lagu.“
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:”Benar-benar akan ada dari umatku kaum-kaum yang mereka itu menghalalkan zina, sutera (bagi laki-laki- red), khamar dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari 10/51, diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Tirmidzi dan Ad-Darimi)
Ibnu Masud radliallahu `anhu berkata: “Nyanyian itu akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhan sayuran.”
Imam Abu Hanifah berkata: “Mendengarkan lagu-lagu itu adalah kefasikan.”
Imam Malik berkata ketika ditanyakan tentang nyanyian: “Hanyalah orang-orang fasiq yang melakukannya.”
Telah jelas bagimu wahai saudaraku muslim tentang keharaman nyanyian/lagu, dan bahwasanya nyanyian itu merupakan suara syaithan. Apabila diperdengarkan nyanyian/lagu-lagu di rumah maka para syaithan akan menyebar dan menduduki tempat-tempat dalam rumah tersebut. Maka wajib atasmu wahai saudaraku muslim untuk membersihkan rumahmu dari suara-suara syaithan ini, sama saja apakah suara itu bersumber dari alat-alat musik atau dari media visual ataupun yang selain itu.

V. Menjauhkan Rumah dari (Suara) Lonceng

Abi Hurairah radhiallahu anhu berkata bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:“Lonceng itu merupakan seruling syaithan.” (HR. Muslim 14/94 Syarah Imam Nawawi, Abu Dawud 3/25)
Lonceng yang dimaksud di sini adalah yang menyerupai lonceng di gereja-gereja baik dalam hal suara maupun bentuknya.Termasuk di sini jam dinding yang dinamakan bandul karena menyerupai suara lonceng gereja.

VI. Membersihkan Rumah dari Salib-Salib

Salib merupakan syiarnya orang Nasrani sedangkan kita kaum muslimin telah dilarang untuk meniru (bertasyabbuh) dengan Nasrani dan Yahudi. Akan tetapi sangat disayangkan, hampir-hampir tidak terlewatkan satupun dari rumah kaum muslimin melainkan di dalamnya ada tanda salib, apakah itu di sajadah, di tirai-tirai, di sulaman benang bahkan tanda salib ini telah dibawa masuk ke rumah-rumah Allah Subhanahu wa Taala (masjid-masjid). Alangkah banyaknya dari masjid-masjid apabila kita benar-benar teliti memperhatikannya, kita dapati pada hiasan-hiasan sajadahnya tanda-tanda salib yang tampak secara dhahir dan jelas. Karena itu berhati-hatilah engkau wahai saudaraku muslim, perhatikan dengan seksama setiap benda yang engkau beli, apakah itu pakaian, permadani, sajadah atau yang selain itu.
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tidak membiarkan di rumahnya ada salib, sebagaimana dikhabarkan oleh Aisyah radliallahu `anha:”Nabi shallallahu `alaihi wa sallam tidak meninggalkan dalam rumahnya sedikitpun dari salib-salib melainkan beliau hilangkan.” (HR. Bukhari lihat Fathul Bari 10/385, Abu Dawud 4/72)

VII. Membersihkan Rumah dari Gambar-Gambar dan Patung-Patung

Wajib bagi setiap muslim untuk membersihkan rumahnya dari patung-patung kecuali apa yang dibolehkan daripadanya berupa mainan/boneka (yang dimainkan) anak-anak perempuan.
Demikian pula wajib bagi setiap muslim untuk menjauhkan rumahnya dari gambar-gambar makhluk bernyawa (manusia dan hewan), termasuk foto-foto kecuali untuk kepentingan darurat seperti foto di KTP, paspor dan semisalnya.
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:“Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada patung-patung atau gambar-gambar.” (HR. Muslim 14/94 Syarah Imam Nawawi dari Abi Hurairah radliallahu `anhu)
Bila sebuah rumah tidak dimasuki oleh malaikat berarti jelas rumah itu disenangi oleh syaithan.
VIII. Mengeluarkan Anjing dari Rumah

Dari Abi Thalhah radliallahu `anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:”Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar.” (HR. Bukhari lihat Fathul Bari 6/312 dan Muslim 14/84 Syarah Imam Nawawi)
Aisyah radliallahu `anha meriwayatkan bahwasanya Jibril `alaihis salam pernah berjanji untuk menemui Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, namun sampai saat yang telah disepakati Jibril `alaihis salam tidak juga datang. Ternyata Nabi shallallahu `alaihi wa sallam menemukan adanya seekor anjing kecil di bawah tempat tidurnya dan inilah yang menahan Jibril `alaihis salam untuk masuk menemui Nabi.
Dikecualikan dari anjing ini adalah anjing untuk berburu dan anjing penjaga rumah dengan syarat anjing tersebut tidak berwarna hitam karena Nabi shallallahu `alaihi wa sallam telah bersabda:”Anjing hitam itu adalah syaithan.” (HR. Muslim 4/227 Syarah Imam Nawawi). Dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuhnya.
IX. Memperbanyak Shalat Sunnah di Rumah

Dari Ibnu Umar radliallahu `anhu bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:”Jadikanlah shalat-shalat (sunnah) di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian menjadikannya sebagai kuburan.” (HR. Bukhari 1/528 Fathul Bari dan Muslim 6/68 Syarah Imam Nawawi)
Telah kita ketahui bahwasanya kuburan, tempat pembuangan sampah dan tempat-tempat yang kotor lainnya merupakan tempat tinggal para syaithan. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menghendaki agar rumah-rumah kita mendapat bagian dari shalat sunnah guna mengusir para syaithan daripadanya. Bukankah pada tempat-tempat hunian syaithan sebagaimana yang disebutkan di atas (kuburan, tempat pembuangan sampah) dilarang untuk ditegakkan shalat padanya?
Imam Nawawi berkata: “Dianjurkan untuk mengerjakan shalat sunnah di rumah karena yang demikian itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih terjaga dari terhapusnya pahala. (Mengerjakan shalat sunnah di rumah) menjadikan rumah diberkahi, turun padanya rahmah dan para malaikat sedangkan syaithan akan lari dari rumah itu.” (Syarah Nawawi atas Shahih Muslim 6/68)
Adapun selain shalat sunnah (yakni untuk shalat fardhu), maka bagi laki-laki diwajibkan untuk mengerjakan secara berjamaah di masjid.

X.Mengucapkan Kalimat yang Baik Kepada Anggota Keluarga

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya syaithan selalu menginginkan untuk menghancurkan masyarakat muslimin, maka ia membuat tipu daya, mengatur rencana dan menyusun program. Di antara program syaithan adalah menghancurkan keharmonisan keluarga muslim karena keluarga merupakan batu bata awal dari bangunan masyarakat.
Jabir radliallahu `anhu berkata bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian ia mengutus sepasukan tentaranya. Maka yang paling dekat kedudukannya dengan iblis adalah yang paling besar fitnahnya, datang salah seorang di antara mereka dan berkata: “Tidaklah aku tinggalkan dia (manusia yang digoda- red) sampai aku memisahkan antara dia dan istrinya….” (HR. Muslim 17/157 Syarah Imam Nawawi)
Syaithan yang terkutuk memang menginginkan terjadinya perceraian antara suami istri guna menghancurkan masyarakat dari dasarnya. Karena itulah maka wajib bagi setiap suami untuk bergaul dengan keluarganya (istrinya) dengan cara yang baik, mengucapkan kata-kata yang baik agar tidak ada peluang bagi syaithan untuk membuat perselisihan di antara keduanya.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (Al-Isra: 53)
Kata-kata yang baik itu melapangkan hati, menyebarkan kebahagiaan bagi pasangan suami istri, mewujudkan ketentraman dan menguatkan kasih sayang antara keduanya.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ruum: 20)

XI. Membentengi Istri

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radliallahu `anhuma berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian menikahi wanita atau membeli seorang budak maka hendaklah ia membaca: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan apa yang telah Engkau ciptakan dia dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan apa yang telah Engkau ciptakan dia.” (dalam riwayat lain) Kemudian hendaklah ia meletakkan tangannya di ubun-ubunnya dan mendoakan barokah bagi istrinya dan pelayan tersebut.” (HR. Abu Dawud 2/249 dan berkata Al-Albani dalam Takhrij Al-Kalimuth Thayyib 151: isnadnya hasan)
Diriwayatkan oleh Syaqiq, ia berkata: “Telah datang seorang laki-laki bernama Abu Jarir kepada Ibnu Masud radliallahu `anhu, lalu berkata: Saya telah menikahi seorang wanita muda (dara) dan saya khawatir ia akan membangkitkan amarah saya. Maka Ibnu Masud radliallahu `anhu menjawab: Kerukunan itu datangnya dari Allah dan kemarahan itu datang dari syaithan. Ia ingin engkau membenci apa yang dihalalkan Allah kepadamu. Kalau istrimu masuk menemuimu, suruhlah ia shalat dua rakaat di belakangmu.”
Dalam riwayat lain dari Ibnu Masud radliallahu `anhu ditambahkan, katakanlah:“Ya Allah, berilah keberkahan kepadaku dengan istriku dan berilah keberkahan kepada mereka (keluarga istri) denganku. Ya Allah, persatukanlah kami berdua selama persatuan itu mengandung kebajikan-Mu, dan pisahkanlah kami berdua, jika perpisahan itu menuju kebaikan-Mu.” (Dikeluarkan Abu Bakar ibnu Abi Syaibah dan sanadnya shahih. Lihat Adaabuz Zifaaf fis Sunnah Al-Muthahharah talif Al-Albani hal.23)

XII. Membentengi Anak dari Syaithan

Wajib atas setiap muslim untuk menjaga lafadz-lafadz doa sebelum ber”kumpul” dengan istrinya karena yang demikian ini akan menjaga anak (yang Insya Allah bakal diperoleh dari hubungan tersebut) dari gangguan syaithan. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita doa tersebut: “Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkan syaithan itu dari anugerah yang akan Engkau berikan kepada kami.” (HR. Bukhari 1/242 Fathul Bari dan Muslim 10/5 Syarah Imam Nawawi, dari Ibnu Abbas radliallahu anhuma)
Sebagaimana mana kita ketahui bahwasanya adzan akan mengusir syaithan, karena itulah disunnahkan bagi setiap muslim untuk menyuarakan adzan di telinga anak yang baru lahir.
XIII. Mendoakan Anak

Wahai saudaraku muslim, kumpulkan anak-anakmu pada waktu pagi dan petang, usaplah kepala mereka sambil berdoa: “Aku melindungkan kalian dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala syaithan, hewan yang berbisa dan pandangan mata yang menimpa (yang akhirnya mengakibatkan sakit-red).” (HR. Bukhari 4/119 dari hadits Ibnu Abbas radliallahu `anhuma)
Doa ini pula yang dibacakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada cucunya Hasan dan Husein radliallahu `anhuma.
Demikianlah beberapa benteng yang harus dibangun untuk mengusir syaithan dari rumah. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan tulisan ini ikhlas karena mengharap wajah-Nya Subhanahu wa Taala, dan agar menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi diriku dan bagi saudara-saudaraku kaum muminin. Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji hanya untuk-Mu, aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau, aku meminta ampunanmu dan aku bertaubat kepada-Mu.Wallahu alam bishawwab
(dinukil oleh Ummu Maryam dari kitab Tahshinul Bait minasy Syaithan dengan beberapa tambahan)
from tetangga & saudara seiman kita.
Download file Ms. Word sama persis ama yang tampil di mading
Membentengi Rumah Dari Syaithon.doc

Dahsyatnya Sedekah


Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.
Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***
Note: diambil dari e-book Kumpulan Tausyiah Aa Gym karya Hamba Allah

download file format Ms. Word 004 Dahsyatnya Sedekah.doc

10 Alasan Untuk Tidak Memakai Jilbab

Oleh : Dr. Huwayda Ismaeel (Diterjemahkan dari artikel berbahasa Inggris)

ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama, apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam? Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam beserta seluruh hukumnya. Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAW yang suci. Jadi kesimpulannya disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia, Rasulullah SAW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; “Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT.” (Ahmad) Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak .. . “ (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman; “ dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…(QS. Luqman : 15)
Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah SWT tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama; “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai jilbab.

Saudari ini mungkin sati diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau sebaliknya, ia seorang penipu yang mengatasnamakan lingkungan pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab. Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur. “Apakah anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan kematianmu?” Bukankah Allah SWT telah berfirman; “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (QS An-Nahl : 43). Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita.
Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman; “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..”(QS. AtTalaq :2-3). Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang mencolok, dan mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAWW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah; “sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu..”(QS. Al-Hujurat:13).Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang sedikit pada benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.

ALASAN IV : Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya memakai jilbab.

Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan; “api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui..”(QS At-Taubah : 81)Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku, syetan telah mencoba membuat talli besar untuk menarikmud ari panasnya bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah SWT akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; “mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah”(QS. AN-NABA 78:24-25). Kesimpulannya, surga yang Allah SWT janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN V : Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang begitu.

Kepada saudari itu saya berkata, “apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka tekut tidak dapat menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya. Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan memblokade petunju bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban memakai jilbab? Rasulullah SAWW bersabda; “Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil.” Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh padanya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman; “maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”(QS. AL BAQARAH 2:66) Kesimpulannya, apabila kau memgang teguh petunjuk dan merasakan manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah SWT setelah kau melaksanakannya.

ALASAN VI : Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku akan memakainya nanti setelah menikah

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga sejak semula. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap tipe suami seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan bahkan di akhirat nanti. Allah SWT bersabda; “dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”(QS. TAHA 20:124) Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?
Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan. Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan kebodohan.

ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah SWT : “dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”(QS.Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat : “janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya”(QS An-Nur 24: 31] dan sabda Allah SWT: “katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab 33:59). Dengan pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT, yang disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi kita adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan hijab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?

ALASAN VIII : Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 1:6 “Tunjukilah kami jalan yang lurus” serta berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan jilbab? Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan saja Allah SWT berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan Allah SWT bersabda; “tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS Al-An’aam 7:34] saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah SWT; “berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumu..”(QS Al-Hadid 57:21) saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik, “dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri” (QS Al-Hashr 59: 19) saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Karena Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.Kesimpulannya, berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang, karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari.

ALASAN X : Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!

Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk (hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam kelompok Allah SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.


KESIMPULAN

Tubuhmu, dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu hati para pria. Model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap detail tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, dan semua yang dapat membangkitkan amarah Allah SWT dan menyenangkan syetan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini, akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin membawamu lebih dekat pada syetan. Setiap waktu kutukan dan kemarahan menuju kepadamu dari surga hingga kau bertaubat. Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian. “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali ‘Imran 3:185). Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku, sebelum kereta itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam, saudariku, apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan tentang hal ini, saudariku,sekarang,sebelumsemuanya terlambat !

download file format Ms. Word
Sepuluh Alasan Untuk Tidak Memakai Jilbab.doc

23 April 2007

Jabat Tangan Dengan Wanita Bukan Mahram

Pada zaman sekarang jabat tangan antara laki-laki dengan perempuan hampir sudah menjadi tradisi. Tradisi bejat itu mengalahkan akhlak islami yang semestinya ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh lebih baik dan lebih tinggi nilainya dari pada syariat Allah Tabaroka wata’ala yang mengharamkannya.

Sehingga jika salah seorang dari mereka anda ajak dialog tentang hukum syariat dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas tentu serta merta ia akan menuduh anda dengan sebagai orang kolot, ketinggalan zaman, kaku, sulit beradaptasi, ekstrim, hendak memutuskan tali silaturrahmi, menggoyahkan niat baik ….dan sebagainya.

Sehingga dalam masyarakat kita, berjabat tangan dengan anak (perempuan) paman atau bibi dengan istri saudara atau istri paman baik dari pihak ayah maupun ibu lebih mudah dari pada minum air.

Seandainya mereka melihat secara jernih dan penuh pengetahuan tentang bahaya persoalan tersebut menurut syara’ tentu mereka tidak akan melakukan hal tersebut.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

“Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (HR Ath Thabrani dalam shahihul jami’ hadits no : 4921).

Kemudian tak diragukan lagi, hal ini termasuk zina tangan sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :

“Kedua mata berzina, kedua tangan berzina, kedua kaki berzina dan kemaluanpun berzina” (HR. Ahnad, 1/ 412; shahihul jam’ : 4126).

Dan, adakah orang yang hatinya lebih bersih dari hati Nabi Shallallahu'alaihi wasallam? Namun begitu beliau mengatakan :

“Sesungguhnya aku tidak menyentuh tangan dengan wanita” (HR Ahmad, 6/357 dalam shahihul jami’ hadits no : 2509).

Beliau Shallallahu'alaihi wasallam juga bersabda :
“Sesungguhnya aku tidak menjabat tangan wanita” (HR Ath Thabrani dalam Al Kabir : 24/342, shahihul jami’: 70554)

Dan dari Aisyah Radliallahu Anha, dia berkata :
“Dan Demi Allah, sungguh tangan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tidak (pernah) menyentuh tangan perempuan sama sekali, tetapi beliau membaiat mereka dengan perkataan” (HR Muslim ,: 3/1489).

Hendaknya takut kepada Allah, orang-orang yang mengancam cerai istrinya yang shalihah karena tidak mau berjabat tangan dengan kolega-koleganya. Perlu juga diketahui, berjabat tangan dengan lawan jenis, meski memakai alas (kaos tangan) hukumnya tetap haram.

Note: diambil dari e-book "Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa" Muhammad Shalih Al Munajjid

Bisa download dengan klik di bawah ini silakan
Dosa-dosa Yang Dianggap Biasa.CHM

Semoga bermanfaat.

20 April 2007

Dialog Ketuhanan Yesus

Materi ini ditampilkan secara bersambung di Mading, kalau di sini silakan membaca semuanya. tetapi di rumah tetangga ( klik disini ) Yaaa.....!!!!!!!!?

18 April 2007

ALBUM PHOTO MASJID KITA

Photo Masjid Baitul Hakam

DOA APABILA MERASA TAKUT DAN KESEPIAN KETIKA TIDUR


أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ.

# A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min ghodlobihi wa ‘iqoobihi, wa syarri ‘ibaadihi, wa min hamazaatisy syayaathiini wa ay yahdluruun #

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan dan siksaanNya, serta kejahatan hamba-hambaNya, dan dari godaan setan (bisikannya) serta jangan sampai mereka hadir (kepadaku).”
(HR. Abu Dawud 4/12. Dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/171)

17 April 2007

Peramal Sudah "Diramalkan"??

Beberapa hari yang lalu dikabarkan bahawa ramalan Mama Laurent meleset.
Komentar
Dari berita tersebut kita dapat mengambil pelajaran ternyata seorang ‘pinter’ sekaliber Mama Laurent bisa salah. Kenapa? Apakah kesaktiannya sudah mulai ‘luntur’? sebetulnya ini sudah di jawab oleh Nabi kita 14 abad yang lalu.


حدَّثَنَا ‏ ‏الْحُمَيْدِيُّ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏سُفْيَانُ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏عَمْرٌو ‏ ‏قَالَ سَمِعْتُ ‏ ‏عِكْرِمَةَ ‏ ‏يَقُولُ سَمِعْتُ ‏ ‏أَبَا هُرَيْرَةَ ‏ ‏يَقُولُ ‏ إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتْ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ فَإِذَا ‏
فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا ‏
لِلَّذِي قَالَ ‏
الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ‏
فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ وَوَصَفَ ‏ ‏سُفْيَانُ ‏ ‏بِكَفِّهِ فَحَرَفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوْ الْكَاهِنِ فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ فَيُقَالُ أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ مِنْ السَّمَاءِ ‏

Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alai wasallam bersabda, "Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Ketika itulah, (syaitan-syaitan) menyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan (Sufyan bin 'Uyainah bin Maimun Al Hilali, salah seorang periwayat hadits ini) dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang dibawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang dibawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadang kala syaitan penyadap berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: "Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari ini akan terjadi ini (dan itu terjadi benar)", sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit." (Shahih Bukhari, hadits no. 4426, juz 14 halaman 490, bab "Hatta idza fuzzi'a 'an quluubihim qaalu madza qaala rabbukum qaalu alhaqqa wa huwa al-'aliyyu al-kabir".)

Kemungkinan benar dari suatu ramalan 1:100.Silakan direnungkan!!!!!!??????!!!!!

14 April 2007

MENJAGA PANDANGAN


Satu hal yang hendaknya dicamkan benar-benar oleh setiap hamba Allah adalah bahwa Allah Azza wa Jalla itu ghafururrahiim. Dia adalah satu-satunya Zat yang mempunyai samudera ampunan dan kasih sayang yang Mahaluas. Tak ada dosa sebesar apapun yang tidak tenggelam dalam samudera ampunan dan rahmat kasih sayang-Nya, sejauh tidak menyekutukan-Nya.
Pantaslah Syaikh Ibnu Athoillah di dalam kitabnya yang terkenal, Al Hikam, menasehatkan, "Jika terlanjur berbuat dosa maka janganlah hal itu sampai menyebabkan patah hatimu untuk mendapatkan istiqamah kepada Tuhanmu. Sebab, kemungkinan yang demikian itu sebagai dosa terakhir yang telah ditaqdirkan bagimu."

Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan oleh noktah-noktah dosa yang bertambah dari waktu ke waktu karena amal perbuatan yang kurang terpelihara, sehingga menjadikannya hitam legam dan berkarat. Akan tetapi, bagaimana pun kondisi hati kita saat ini, tak tertutup peluang untuk sembuh, sehingga menjadi hati yang sehat sekiranya kita berjuang sekuat-kuatnya untuk mengobatinya. Ada empat virus perusak hati yang harus kita waspadai agar hati yang sakit atau mati dapat disembuhkan. Sementara hati yang sudah sehat pun dapat terawat dan terpelihara kebeningannya. Mudah-mudahan dengan mewaspadai keempat hal tersebut Allah Azza wa Jalla menolong kita.
Salah satunya yang membuat hati ini semakin membusuk, kotor dan keras membatu adalah tidak pandainya kita menahan pandangan. Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, "Lebih baik aku berjalan di belakang singa daripada berjalan di belakang wanita." Orang-orang yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak hak bagi dirinya, tidak usah heran kalau hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat iman pun akan semakin hilang manisnya.
Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan terhadap lawan jenisnya, melainkan juga orang yang matanya selalu melihat dunia ini. Melihat sesuatu yang tidak ia miliki : rumah orang lain yang lebih mewah, mobil orang lain yang lebih bagus, atau uang orang lain yang lebih banyak. Hatinya lebih bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya..
Karenanya kunci bagi orang yang memiliki hati yang bening adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia jangan sekali-kali melihat ke atas. Akan capek kita jadinya, karena rizki yang telah menjadi hak kita tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah ke bawah. Tengoklah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering melihat ke bawah, subhanallah, hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibanding dengan orang yang suka menengadah ke atas.
Kalaupun kita akan melihat ke atas, tancapkan pandangan kita ke yang Mahaatas sekaligus, yakni kepada Zat Penguasa alam semesta. Allahu Akbar! Lihatlah Kemahakuasaan-Nya, Allah Mahakaya dan tidak pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita minta sampai akhir hayat. Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka tidak bisa tidak kita akan menjadi orang yang memiliki hati bersih yang selamat.
Buya Hamka (alm) pernah berkata, "Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan."
Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain. Tatkala mendapatkan seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah menjadi berbicara baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya saja, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di hati.
Jalaluddin Rumi pernah berkata, "Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggrek, ke sana melati. Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan harum mewangi. Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking, duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup ini."
Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya karena ia akan senantiasa merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit baginya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Allahu’alaM.***